MAKALAH SKDI(STUDI KAWASAN DUNIA ISLAM): KARAKTERISTIK ISLAM DI NEGARA TAJIKISTAN (ASIA TENGAH): PERSPERKTIF GEOPOLITIK , ETNO-LINGUISTIK, PENGALAMAN SEJARAH, DAN PAHAM KEAGAMAAN (TEOLOGI ISLAM, FIKIH, DAN ORDE SUFI)

BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Satu hal yang sangat menarik seperti apa yang digambarkan selama ini, yakni Islam memiliki karekteristik global, bisa diterima dalam setiap ruang dan waktu. Namun pada sisi yang lain, saat ia memasuki berbagai kawasan wilayah, karekteristik global seolah-olah hilang melebur ke dalam berbagai kekuatan lokal yang dimasukinya. Satu kecenderungan diman biasa Islam mengadaptasi terhadap kepentingan mereka.
Persoalannya adalah apakah fenomena seperti ini bisa dipandang sebagai sebuah keberhasilan Islam dalam menembus medan dakwah hingga bisa diterima dalam berbagai lapisan masyarakat lokal, sekalipun warna dan ciri keglobalannya sedikit pudar atau fenomena seperti ini justru sebagai sebuah reduksi terhadap universalitas Islam, di mana lokalisme mampu “menjinakkan” universalitas Islam sebagai satu kekuatan global.
Dalam hal ini Islam dipandang sebagai agama yang memiliki kesatuaan dalam keragamannya (unity in variety) dalam aspek-aspek teologi dan spritualnya, sementara lokalitas keragamannya berbeda dalam pola-pola penerapan dengan variasi kultural masing-masing. Hal ini sebagaimana tergambar sala-satunya dalam studi kawasan Islam di wilayah Tajikistan.
Islam memiliki sejarah panjang di kawasan Asia Tengah, yang hadir disana sejak abad ke-7 melalui para pedagang Arab. Sejak saat itulah, Islam menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tengah. Negara Islam di Asia sebanyak 28 negara, sedangkan Asia Tengah terdiri dari lima Negara yang merupakan bekas Republic Soviet yaitu: Azarbaijen, Uzbekistan, Tajikistan, Khazakstan, dan Turkmenistan.[1] Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai karakteristik Islam di negara Tajikistan yang dikenal sebagai Wilayah yang dipengaruhi kebudayaan Turki, Iran, dsb.

B.   Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sbb:
1.      Bagaimana Kondisi Umum Islam di Tajikistan?
2.      Bagaimana faktor Geopolitik di Tajikistan?
3.      Bagiamana faktor Etno-linguistik di Tajikistan ?
4.      Bagaimana faktor faham Keagaaman di Tajikistan?
5.      Bagaimana Perkembangan Islam di Tajikistan?
C.   Tujuan Penulisan
Dilihat dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini, adalah sbb:
1.      Untuk mengetahui Kondisi Umum Wilayah Tajikistan.
2.      Untuk mengetahui faktor Geopolitik di Tajikistan.
3.      Untuk mengetahui Sistem Etno-lingustik yang ada di wilayah Tajikistan.  
4.      Untuk mengetahui Faham keagamaan yang berkembang di Tajikistan.
5.      Untuk mengetahui perkembangan Islam di Tajikistan.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Negara Tajikistan
Tajikistan mempunyai arti “Daratan Tajik”. Istilah Tajik digunakan oleh orang Turki zaman pertengahan untuk menunjukkan orang yang berbahasa Iran. Dari abad 11, istilah tersebut menunjuk kepada orang Iran Timur, tetapi pada abad ke-15 istilah tersebut menjadi bahasa Persia. Dalam literatur bahasa Persia zaman pertengahan, istilah Tajik adalah sinonim dengan “Perian”. Ada lagi yang mengatakan bahwa Nama Tajik berasal dari nama suku pra Islam, mungkin berasal dari Zoroaster yang artinya “mahkota” atau “raja”.[2]
Sembilan puluh tiga persen wilayah Tajikistan adalah pegunungan , gletser dan gunung adalah sumber dari sungai tersebut. Tajikistan merupakan daerah rawan gempa . Republik dibatasi oleh Cina di timur , Afghanistan selatan , dan Uzbekistan dan Kirgistan ke barat dan utara . Asian republik pusat juga meliputi Gorno – Badakh Shan daerah Otonomi . Tajikistan adalah sedikit lebih besar dari negara bagian Illinois .
Tajikistan merupakan salah satu dari lima negara Tajikistan yang sebelumnya berada di ba wah kekuasaan Uni Soviet. Republik ini berbatasan dengan Afghanistan di selatan, Republik Rakyat Tiongkok di timur, Kirgistan di utara, dan Uzbekistan di barat. Data menunjukkan, Muslim merupakan kelompok mayoritas di republik yang mer de ka pada 1991 itu. Persentasenya 90 persen dari keseluruhan populasi yang berjumlah 7,2 juta orang. Survei juga menunjukkan, terdapat 249 masjid dan 18 lembaga pendidikan Islam.[3]
Meski Muslim merupakan mayoritas, Tajikistan bukanlah negara Islam. Tajikistan merupakan negara sekuler dengan jaminan kebebasan beragama dalam konstitusinya. Sebagai negara sekuler, penguasa Tajikistan kerap berlaku "paranoid" terhadap Islam. Salah satunya melarang penggunaan jilbab di lembaga-lembaga pendidikan seperti se kolah atau kampus.
Tajik , yang bahasanya hampir identik dengan Persia , adalah bagian dari Kekaisaran Persia kuno yang diperintah oleh Darius I dan kemudian ditaklukkan oleh Alexander Agung ( 333 SM ) . Pada abad ke-7 dan ke-8 , Arab menaklukkan wilayah tersebut dan membawa Islam . Para Tajik yang berturut-turut diperintah oleh Uzbek dan kemudian Afghanistan sampai diklaim oleh Rusia pada 1860-an . Pada tahun 1924 , Tajikistan dikonsolidasikan ke dalam Tajik Otonomi Republik Sosialis Soviet yang baru dibentuk , yang secara administratif bagian dari Uzbek SSR sampai Tajik ASSR memperoleh status republik penuh pada tahun 1929 .[4]
Tajikistan menyatakan kedaulatannya pada tahun 1990 Agustus Pada tahun 1991dengan pusat kota nya adalah Dushanbe, kepemimpinan komunis republik mendukung usaha kudeta terhadap presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev . Tajikistan bergabung dengan sepuluh bekas republik Soviet lainnya dalam Commonwealth of Independent States pada 21 Desember 1991. Sebuah republik parlementer adalah aturan diproklamasikan dan presiden dihapuskan pada tahun 1992 November Setelah kemerdekaan , Tajikistan mengalami konflik sporadis sebagai pemerintah yang didominasi Komunis berjuang untuk memerangi pemberontakan oleh pasukan oposisi Islam dan demokratis . Meskipun upaya lanjutan internasional untuk mengakhiri perang saudara , pertempuran periodik terus . Sekitar 60.000 orang kehilangan nyawa mereka dalam perang sipil Tajikistan . Konflik berakhir secara resmi pada tanggal 27 Juni 1997, dengan penandatanganan di Moskow kesepakatan damai antara pemerintah Presiden Imomali Rakhmonov dan Amerika Tajik Oposisi ( UTO ) , sebuah koalisi sebagian kelompok Islam.[5]
B. Letak Geografis atau Geopolitik Negara Tajikistan
Tajikistan adalah sebuah negara sempalan Uni Soviet di Asia Tengah yang berbatasan dengan Afganistan di selatan, Republik Rakyat Tiongkok di timur, Kirgizstan di utara dan Uzbekistan di barat. Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan dengan laut. Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke dalam etnis Tajik yang berbahasa Persia dan berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Afghanistan dan Iran. Setelah menjadi bagian dari Kekaisaran Samanid, Tajikistan menjadi republik konstituen dari Uni Soviet pada abad ke-20 dengan nama Republik Sosialis Soviet Tajikistan.[6]
Tajikistan adalah sebuah wilayah  yang terletak di sebelah Tenggara Tajikistan. Luasnya mencapai 143.100 km2. Jumlah penduduknya berdasarkan data statistik tahun 1419 H / 1998 M mencapai 6.100.000 jiwa (terdiri atas orang-orang turkestan, Uzbek, Rusia dan Tartar). Bila ditinjau dari segi politik & demografisnya menurut Abdul Karim[7], Tajikistan secara garis besar terbagi menjadi 2 wilayah utama. Wilayah pertama adalah wilayah Tajikistan barat yang etnis mayoritasnya adalah etnis Tajik & cenderung dekat dengan Uni Soviet sehingga ada banyak simpatisan komunis di daerah tersebut. Wilayah kedua adalah wilayah timur Tajikistan yang didominasi oleh etnis Pamiri. Sebagai akibat dari wilayah tinggalnya yang terisolasi dari wilayah Tajikistan lain karena adanya barisan pegunungan yang membentang di tengah-tengah Tajikistan, etnis Pamiri pun memiliki budaya & cara pandang yang berbeda bila dibandingkan dengan rakyat Tajikistan di kawasan barat. Persentase kaum muslimin di negeri ini mencapai 98%, mayoritas adalah pengikut Sunni dibawah pemerintahan Syaibaniyah.

Gambar1.1 Peta Wilayah Negara Tajikistan (Sumber: Wikipedia.co.id).
           
C. Pendekatan Etno-Linguistik di Negara Tajikistan
            Pendekatan Etno-linguistik atau dalam bahasa Indonesia disebut pendekatan ciri-ciri etnik dan ras manusia, menurut Dr. Asep Achmad Hidayat,[8] Pendekatan tersebut digunakan oleh Huntington dan Sayyed Hossein Nasr. Huntington dalam pendekatan ini menggunakan tiga varian dalam peradaban Islam, yakni Arab, Persia, dan Melayu. Sedangkan Sayyed Hossein Nasr dalam pendekatan yang sama, memetakan keragaman berdasarkan ciri-ciri etnik dan ras manusia ini dalam lima kategori, yakni Arab, Iran(Persia), Turki, Melayu dan Afrika Hitam.
            Untuk negara Tajikistan sendiri, merupakan negara yang termasuk dalam kawasan wilayah Asia Tenagh yang dalam segi Etno-Linguistik nya banyak terpengaruhi oleh Turki dan Iran(Persia). Di negara Tajikistan yang lebih dominan dilihat dalam kebudayaannya lebih kepada Turki. Sedangkan, untuk bahasa lebih kepada Persia karena banyak digunakan oleh mayoritas etnik yang ada di negara tersebut yakni etnik Tajik, yang sekarang dikenal dengan bahasa Tajik.
            Hal tersebut, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dr. Asep Achmad Hidayat,[9] negara Tajikistan yang termasuk kedalam wilayah Tajikistan merupakan bagian dari kawasan Turki, dan Persia dalam segi pendekatan etno-linguistiknya. Yang mana yang lebih dominan adalah pengaruh Turki, dilihat dari aspek kultural kawasan Turki tersebut dekat dengan kebudayaan Persia atau Irania. Hal ini karena kawasan tersebut secara berabad-abad ada dalam pengaruh kebudayaan Persia karena kedekatannya secara geografis.
            Tajikistan dan negara-negara lain yang masuk kedalam wilayah Tajikistan merupakan bagian dari kawasan Turki yang unik karena unsur etnis Turki, unsur-unsur nomadik yang kuat dan faktor-faktor kultural persia benar-benar berbaur, membentuk kawasan tersendiri yang menjadi ciri khas dari negara-negara wilayah Tajikistan  yang juga mengandung unsur-unsur bangsa Mongol yang tidak ditemukan di wilayah-wilayah lain.


 
Gambar 1.2  dan 1.3 Etnis Tajik yang merupakan etnis yang dominan di negara Tajikistan,merupakan etnis campuran dari bangsa Turki, Persia dan Mongolia (Sumber: Google.com).

             Dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar penduduk Tajikistan beretnis Tajik yang berbahasa Persia. Negeri ini memang berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Turki, Iran dan Mongolia. Tajik membentuk sekitar 62 persen dari populasi Tajikistan. Kaum minoritas terbesar adalah Uzbek yang berasal dari negara tetangga, Uzbekistan. Jumlahnya sekitar 24 persen. Ada pula penduduk yang beretnis Rusia, sekitar delapan persen dari total populasi. Etnis Tajik dan Uzbek beragama Islam, sedangkan etnis Rusia menganut Kristen Ortodoks. Selain di Tajikistan, orang-orang Tajik juga tinggal di Afghanistan bagian selatan.
D. Teologi Islam yang berkembang di Tajikistan
Doktrin al-Maturidiyyah telah diterimapakai oleh orang-orang Turki di seluruh kawasan taklukan mereka di Asia Tengah, khususnya Tajikistan. Contoh „Aqidah al-Nasafi bercorak al-Maturidiyyah digunakan  dengan meluas dalam madrasah-madrasah Turki.[10] Oleh kerana orang-orang Turki berada di bawah penguasaan Dinasti Ghaznawi, kemungkinan mereka juga menyebelahi pengukuhan mazhab dan pengaruh al-Maturidiyyah di negara Ghaznah.Ini dibuktikan dengan sebilangan besar orang Turki sejak abad ke-5 H atau ke-11M. merupakan para pengikut al-Hanafiyyah kerana para ulama al-Hanafiyyah berada hampir di seluruh kawasan Asia Tengah yang didominasi oleh Turki.[11]
Sebagai contoh dikatakan bahawa Abu Imran al-Samarqandi, pendakwah al-Hanafiyyah-al-Maturidiyyah dari aliran Samarqand telah meng-islamkan kira-kira 50.000 orang bukan Islam, khususnya Turki. Oleh kerana doktrin al-Maturidiyyah Samarqand diterima umum di kalangan orang Turki di Tajikistan, ia mulai mendapat perhatian para ulama Islam, terutama para ulama al-Asy’ariyyah pada awal pemerintahan Saljuq, ketika orang-orang Turki meluaskan penguasaan mereka ke kawasan-kawasan tengah dunia Islam.[12]
Dominasi mutlak al-Maturidiyyah - al-Hanafiyyah telah menjadikan orang-orang di kawasan Ma Wara al-Nahr (Transoxania) dan orang-orang Turki yang bermazhab Hanafi lebih bersifat taksub dan tidak bersedia bertoleransi. Sikap dan sifat tidak bersedia bertoleransi ini ditujukan kepada segelintir pengikut al-Asyariyyah al-Syafiyyah yang mendiami kawasan Transoxania,  juga di Khurasan dan kawasan-kawasan Parsi lain yang menjadi lawan utama mazhab al-Hanafiyyah.
Doktrin al-Maturidiyyah telah diterimapakai oleh orang-orang Turki di seluruh kawasan taklukan mereka di Tajikistan. Contoh „Aqidah al-Nasafi bercorak al-Maturidiyyah digunakan  dengan meluas dalam madrasah-madrasah Turki.[13] Oleh kerana orang-orang Turki berada di bawah penguasaan Dinasti Ghaznawi, kemungkinan mereka juga menyebelahi pengukuhan mazhab dan pengaruh al-Maturidiyyah di negara Ghaznah.Ini dibuktikan dengan sebilangan besar orang Turki sejak abad ke-5/11 merupakan para pengikut al-Hanafiyyah kerana para ulama al-Hanafiyyah berada hampir di seluruh kawasan Tajikistan yang didominasi oleh Turki.[14]
Perkembangan Mazhab Fiqh di Tajikistan
Perkembangan Mazhab Fiqih di Tajikistan notabene atau dikatakan lebih dominan sama dengan negara-negara lain yang termasuk kawasan Asia tengah yakni mazhab Hanafiyah. Hanafiyah merupakan  mazhab yang mengikuti imam Abu Hanafi (wafat 150H = 767 M).ia adalah seorang rasional yang didasarkan ajaran-ajaran yang mengenai keputusan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Ia tidak mengarang buku, namun murid-muridnya yang menyebarkan paham-paham bebas dan mendirikan mazhab Hanafiyah. Para pengikut Hanafi sekarang banyak terdapat di Turki, Afghanistan, Asia Tengah, Pakistan, India. Mazhab Hanafi mulai tumbuh di Kufah, kemudian tersebar ke negaRa-negara Islam bagian Timur.Sekarang ini mazhab Hanafi merupakan mazhab resmi di Mesir, Turki, Syiria dan Libanon. Mazhab ini dianut sebagian besar penduduk Afganistan, Pakistan, Turkistan, India, Cina, dan sekitar 25,000 pengikut di Amerika Selatan.
Tasawuf yang berkembang di Tajikistan
Arnold Thomas menyadur tulisan Jhon L. Esposito mengenai tarekat sufi yang berkembang di Tajikistan dan negara-negara Asia Tengah lainnya, yang mana Tarekat sufi merupakan aspek terpenting dalam peradaban Islam pada masa kekuasaan Rusia sejak masa-masa paling awal. Pada masa penaklukan Rusia Islam berkembang di Tajikistan  dangan ditandai adanya empat tarekat yang berkembang di Tajikistan yaitu tarekat Naqsabandiyah, Yasawiyah, Qadariyah dan Kubrawiyah. Tarekat Naqsabndiyah berdiri di Bukhara pada abad ke-14, dalam beberapa hal merupakan tarekat yang paling terkenal di wilayah wilayah itu.Kebanyakan penyair hebat Turkestan menjadi anggota tarekat ini, seperti Ali Syir Nava’I, Abd Al-Rahman Jami, Mahtum Quli, dan Zhalili.Tarekat Yasawiyah berdiri pada abad ke-12 di bagian utara Mavarannahr. Perannya sangat penting dalam mengislamkan penduduk Nomadik , kemudian tidak aktif kemudian muncul kembali pada abad ke-20 pada masa kekuasaan Rusia dan Soviet. Salah satu cabang tarekat “ Hairy Ishans” menjadi tarekat paling radikal di Tajikistan dan negara Asia tengah yang lain.. Tarekat Qadariyah berdiri pada abad ke-12 di Baghdad, dan masuk ke Tajikistan pada abad pertengahan. Tarekat Kubrawiyah berdiri pada abad ke-12 di Khawarazm, dan berkembang menjadi salah satu alternative untuk mengislamisasikan suku-suku nomadic Horde Emas.Dewasa ini pengaruhnya di Tajikistan kurang berarti. Ada juga tarekat Mawlawiyah dan Bektasiyah yang berasal dari Turki. [15]
E. Faktor Pengalaman Sejarah (Islam) di Tajikistan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, ditinjau dari segi politik & demografisnya, Tajikistan secara garis besar terbagi menjadi 2 wilayah utama. Wilayah pertama adalah wilayah Tajikistan barat yang etnis mayoritasnya adalah etnis Tajik & cenderung dekat dengan Uni Soviet sehingga ada banyak simpatisan komunis di daerah tersebut. Wilayah kedua adalah wilayah timur Tajikistan yang didominasi oleh etnis Pamiri. Sebagai akibat dari wilayah tinggalnya yang terisolasi dari wilayah Tajikistan lain karena adanya barisan pegunungan yang membentang di tengah-tengah Tajikistan, etnis Pamiri pun memiliki budaya & cara pandang yang berbeda bila dibandingkan dengan rakyat Tajikistan di kawasan barat.[16]
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya Islam ke Tajikistan dan juga negara-negara Asia Tengah yang menjadi acuan penulis dalam membahas kesamaan pengalaman sejarahnya yakni pada pertengahan abad ke-7 masehi, arab berhasil membawa Islam ke transkaukasia timur. Kendatipun ditentang oleh orang Georgia dan orang Yahudi di wilayah ini, namun dakwah Islam berlangsung dengan cepat sehingga pada abad ke delapan, mayoritas penduduk sudah muslim. Islamisasi berlangsung hingga abad ke-12 ketika perlawanan orang yahudi dan orang kristen sudah tidak ada lagi. Periode damai ekspansi Islam ke Asia Tengah datang bersama para pedagang sepanjang rute-rute perdagangan bulu binatang dan sutra yang termasyhur.
Abad ke-13 adalah abad kegelapan bagi Islam di Asia Tengah karena invasi Mongol. Pada mulanya kekuasaan mongol sangat anti-islam karena banyak pemimpin mongol yang beragama Budha dan kristen. Akan tetapi, Islam tetap bertahan berkat usaha dakwah yang dilakukan oleh tarekat-tarekat sufi yang banyak menarik masyarakat masuk Islam dan bahkan penguasa mongol.
Abad ke-14 wilayah-wilayah penting muslim masuk kekaisaran Rusia, seperti Kazan, Astrakhan, dan Siberia Barat. Pada masa ini umat islam diperlakukan sebagai warga Rusia yang tidak mendapatkan hak seperti yang dinikmati oleh orang kristen, dan dibeberapa wilayah para pemimpin agama Islam diusur ke pedalaman dan mesjid-mesjid dihancurkan. Perkembangan islam dinegara ini pun mengalami pasang surut. Masa paling suram terjadi selama hampir tujuh dekade ketika rezim komunis soviet menguasai sebagian besar wilayah Asia Tengah. Saat itu, ribuan pemuka muslim terbunuh dan kehidupan beragama diawali dengan ketat oleh pemerintah. Namun setelah invasi jerman ke Uni Soviet (1941), kebijakan terhadap Islam menjadi lebih moderat.
Pada awal tahun 60-an, Rezim Nikita Khrushchev kembali meningkatkan eskalasi propaganda anti Islam. Lima tahun kemudian penguasa Soviet menutup mayoritas masjid yang masih berfungsi. Hal itu berlanjut hingga tahun 70 dan 80-an. Di Asia Tengah khususnya, dampak perang di Afghanistan terlihat di Uzbekistan dan Tajikistan, yang akhirnya memunculkan gerakan perlawanan di sejumlah negara Asia Tengah, konflik terus berlanjut hingga setelah runtuhnya Uni Soviet berarti lahir lah kembali islam yang dibarengi dengan gerakan dakwah Islam. Ribuan mesjid dan sekolah Islam di buka kembali. Negara Asia Tengah yang merupakan bekas Pasca-Soviet mengobarkan kembali semangat islamnya secara terbuka bahkan melalui jenjang-jenjang jabatan di partai komunis, mendukung islam sebagai keyakinan religius nasional karena keyakinan tulus dan kebutuhan politik, dan terjalin ikatan antara negara-negara muslim baru dan dunia Islam lainnya termasuk kedutaan-kedutaan besar serta anggota asosiasi-asosiasi ekonomi Islam.
Melanjutkan pembahasan dari faktor diatas, secara pengalaman sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Tajikistan, sama seperti negara-negara yang termasuk wilayah Asia Tengah yakni memiliki pengalaman sejarah Islamisasi dengan melalui perdagangan dan penyebaran Islam oleh para Tokoh sufi dan Tarekat.[17] Yang mana dalam sejarah masuknya Islam ke negara-negrara Asia Tengah sala-satunya Tajikistan sudah masuk sekitar abad ke-7 dan ke-8, dilanjutkan dengan berkembangnya Islam disana pada sekitar Abad ke-10 yang mana kala itu Tajikistan masuk dalam wilayah kekuasaan Turki. Namun, dalam perjalan periode selanjutnya, Islam berkembang di Tajikistan ternodai dengan adanya perang saudara dan dengan agama lain yang mencoba masuk dalam kancah perpolitikan. Ini mulai terjadi sekitar Abad ke-18 dan ke-20.
Sala-satunya yakni pada Tahun 1991 menyusul krisis internal berkepanjangan yang menimpanya, Uni Soviet akhirnya runtuh & negara-negara bagian penyusunnya - termasuk Tajikistan - memerdekakan diri di tahun yang sama. Pasca merdekanya Tajikistan, Rakhmon Nabiev (atau Nabiyev) yang menganut paham komunis & berasal dari kawasan Leninabad, Tajikistan barat, diangkat sebagai presiden baru negara tersebut. Tak lama sesudah diangkat sebagai presiden, Nabiev menerapkan kebijakan untuk membatasi ruang gerak dari lawan-lawan politiknya. Kebijakan Nabiev tersebut lantas memunculkan protes dari pihak-pihak berseberangan (umumnya berasal dari kawasan Garm & Gorno-Badakhshan, Tajikistan timur) yang memutuskan untuk melakukan aksi demonstrasi besar-besaran sejak bulan Maret 1992.[18]
Pada periode yang kurang lebih bersamaan, sejumlah anggota milisi Islam (mujahidin) yang bermukim di Afganistan mulai berbondong-bondong pergi menuju Tajikistan. Para mujahidin itu sendiri banyak yang aslinya memang berasal dari Tajikistan, namun secara diam-diam menyeberang ke Afganistan & membantu mujahidin-mujahidin setempat ketika Uni Soviet menginvasi Afganistan di tahun 1979. Ketika Uni Soviet pada akhirnya runtuh & Tajikistan merdeka inilah, mereka memutuskan untuk mendirikan partai politik baru bernama Partai Renaisans Islam (PRI) di negara asalnya dengan harapan bisa menerapkan ideologi Islam di ranah politik Tajikistan.[19]
Bulan Mei 1992, Presiden Nabiev membentuk kelompok Pengawal Presiden yang anggotanya terdiri dari simpatisan-simpatisan komunis dari kawasan Kulyab, Tajikistan selatan. Salah satu tujuan dari pembentukan kelompok Pengawal Presiden adalah untuk membubarkan paksa demonstrasi anti pemerintah. Namun bukannya berhasil meredam aksi demonstrasi dari pihak lawan, yang terjadi kemudian justru adalah pecahnya kerusuhan besar antara kelompok pendukung & penentang rezim Tajikistan. Pasca kerusuhan besar tersebut, konflik politik di Tajikistan semakin berlarut-larut sehingga pecahnya perang sipil pun hanya tinggal menunggu waktu.[20]
Pahlawan-pahlawan di Tajikistan adalah Muhammad Abduh, Afghani dan Iqbal, semuanya tokoh-tokoh pan-Islam sedunia. Bahkan salah-satu puisi dari Iqbal adalah pilihan kaum oposisi untuk menjadi puisi nasional jika oposisi tersebut berkuasa. Perlunya Iqbal di masa kini dalam dunia Muslim adalah suatu komentar tentang daya pegas ide-idenya dan kandungan emosional ide-idenya.
Islamic Renaissance Party di Tajikistan, yang didesas-desuskan berhubungan dengan kelompok-kelompok di Afghanistan, menuntut suatu tatanan Islam. Pernah Quran dilarang di sini karena Uni Soviet melihatnya sebagai literatur yang berbahaya secara ideologis. Masjid-masjid berkembang secara dramatis di Tajikistan sejak kemerdekaan. Sebaliknya jumlah gereja tetap yaitu 19 buah.
Banyak analisis percaya bahwa Tajikistan siap untuk mengambil-alih pemerintahan Islam lainnya, sebagaimana yang telah terjadi di Afghanistan. Kenyataan bahwa negara itu berbatasan dengan Afghanistan dimana lebih dari dua juta orang Tajik  lebih menambahkan ketakutan ini pada barat. Banyak pengungsi dari perang Afghan telah menetap di Dushanbe, ibu kota Tajik dan menyebarkan pengaruh mereka. Peperangan di Afghanistan berakibat 60 ribu pengungsi masuk ke Tajikistan. Sebutan Greater Tajikistan, yakni bagian-bagian di Utara Afghanistan dan Tajikistan yang bergabung bersama, makin terdengar.
Bentrokan yang terjadi di Tajikistan adalah kaum komunis yang memimpin ibu kota Dushanbe dengan daerah-daerah timur dan tengah dimana pengaruh Islamnya paling kuat.[21] Hal ini mengakibatkan timbulnya perlawanan. Sehingga, berkobarlah perang saudara disebabkan oleh praktek politik penindasan yang memaksa presiden meletakkan jabatannya. Presiden waktu itu ialah Rahman Nabiyev yang memenangkan pemilu karena memberikan loyalitas kepada partai komunis. Disebabkan oleh banyaknya perselisihan, komunis kembali berkuasa di bawah pimpinan Imam Ali Rahmanov (pembantu Nabiyev).[22]Pemerintah menyandarkan dirinya pada Rusia untuk senjata dan tentaranya. Penjaga perbatasan Rusia bertindak sebagai penyangga antara Afghanistan dan Tajikistan. Ada semacam genjatan senjata pada 1994. Pada pemilihan badan legislatif 1995 kira-kira sepertiga wakil dari badan tersebut berlatar belakang komunis. Oposisi Islam melihat Rakhmanov dan pendukung-pendukungnya sebagai rezim yang lalim dan korup.
Dari perjalanan panjang kesadaran Islam di wilayah-wilayah Soviet di Asia tengah baik secara religius maupun kultural tidak dapat dihapus dengan cara halus maupun kasar. Meskipun ketaatan religius kaum muslim dibekas Uni Soviet tidak sempurna akibat terisolasi dari dunia Islam yang lebih besar selama hampir delapan dasawarsa, perasaan mereka sebagai bagian umat islam sangat kuat dan meningkat. Di beberapa negara baru bekas koloni soviet, kelompok-kelompok politik penting menyerukan didirikan republik-republik Islam dan selalu menghormati unsur-unsur Islam dalam kekuatanpolitik mereka. Dengan demikian, masyarakat muslim Asia Tengah baru mulai babak baru dalam kehidupan masyarakat dan bernegara yang telah lama kehilangan warisan islamnya.[23]




BAB III
SIMPULAN

            Tajikistan adalah sebuah negara sempalan Uni Soviet di Asia tengah yang berbatasan dengan Afganistan di selatan, Republik Rakyat Tiongkok di timur, Kirgizstan di utara dan Uzbekistan di barat. Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan dengan laut. Sebagian besar penduduk Tajikistan termasuk ke dalam etnis Tajik yang berbahasa Persia dan berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Afghanistan dan Iran. Setelah menjadi bagian dari Kekaisaran Samanid, Tajikistan menjadi republik konstituen dari Uni Soviet pada abad ke-20 dengan nama Republik Sosialis Soviet Tajikistan.
            Sebagian besar penduduk Tajikistan beretnis Tajik yang berbahasa Persia. Negeri ini memang berbagi sejarah, bahasa, dan budaya dengan Turki, Iran dan Mongolia. Tajik membentuk sekitar 62 persen dari populasi Tajikistan. Kaum minoritas terbesar adalah Uzbek yang berasal dari negara tetangga, Uzbekistan. Jumlahnya sekitar 24 persen. Ada pula penduduk yang beretnis Rusia, sekitar delapan persen dari total populasi. Etnis Tajik dan Uzbek beragama Islam, sedangkan etnis Rusia menganut Kristen Ortodoks. Selain di Tajikistan, orang-orang Tajik juga tinggal di Afghanistan bagian selatan.
            Faktor atau faham keagamaan  yang berkembang di negara Tajikistan dilihat dari segi teologi keislaman,mazhab fikih, dan orde sufi yakni mayoritas menganut faham Sunni dalam teologi nya, meskipun ada sebagian kecil yang menganut faham Syi’ah. Untuk madzhab fikih sendiri, yang dominan berkembang di wilayah Asia Tengah khususnya di Tajikistan adalah Mazhab Hanafiyah yakni mazhab yang dibawa oleh Imam Hanafi. Sedangkan untuk Orde sufi atau Tarekat yang berkembang di Tajikistan ada beberapa antara lain Naqsabandiyah, Yasawiyah, Qadariyah, Kubrawiyah, Mawlawiyah, dan Bektasiyah.
            Perjalanan perkembangan Islam di Tajikistan dari mulai abad ke-7 sampai sekarang, banyak dilalui berbagai peristiwa-peristiwa yang luar biasa yang akhirnya memunculkan ciri khas dan karakteristik dari Islam yang ada di Asia tengah, khususnya negara Tajikistan yang dibahas ini. Dari perjalanan panjang kesadaran Islam di wilayah-wilayah Soviet di Asia tengah tersebut baik secara religius maupun kultural tidak dapat dihapus dengan cara halus maupun kasar. Meskipun ketaatan religius kaum muslim dibekas wilayah Uni Soviet tidak sempurna akibat terisolasi dari dunia Islam yang lebih besar selama hampir delapan dasawarsa, perasaan mereka sebagai bagian umat islam sangat kuat dan meningkat. Di beberapa negara baru bekas koloni soviet, kelompok-kelompok politik penting menyerukan didirikan republik-republik Islam dan selalu menghormati unsur-unsur Islam dalam kekuatan politik mereka. Dengan demikian, masyarakat muslim Asia Tengah baru mulai babak baru dalam kehidupan masyarakat dan bernegara yang telah lama kehilangan warisan islamnya.



DAFTAR PUSTAKA
Literatur Buku:
Al-Usairy, Ahmad. 2003. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana.
Arnold, Thomas W. 1977. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: Widjaya Jakarta.
H.A. Mukti Ali. 1994. Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan.
Hidayat, Asep Ahmad. 2013. Studi Islam di Asia Tenggara. Bandung: CV Pustaka.
Ilaihi, Wahyu. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Karim, Abdul. 2006. Islam Di Asia Tengah. Yogyakarta: Bagaskara.
Madelung, W.2002.  Terjemahan “The Spread of Maturidism and the Turks”.Jakarta: Pustaka Harapan.

Literatur Internet:
http://imthesecretsherlockian.wordpress.com/. Diakses tgl. 16 Mei 2016, pkl. 14.20 WIB.
http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html.Tgl.16 Mei 2016. Jam 16.30 WIB.
http://www.scribd.com/doc/6122546/islam-tajikistan. Tgl. 16 Mei 2016. Jam 16.10 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tajikistan_. Diakses tgl. 16 Mei 2016, pkl. 14.00 WIB.

           




[1] http://www.scribd.com/doc/6122546/islam-tajikistan. Tgl. 16 Mei 2016. Jam 16.10 WIB.
[2] http://imthesecretsherlockian.wordpress.com/. Diakses tgl. 16 Mei 2016, pkl. 14.20 WIB
[3] Ahmad Al Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), hal.511.
[4] Ibid, hal. 513
[5] Ibid, hal. 513
[6] https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tajikistan_. Diakses tgl. 16 Mei 2016, pkl. 14.00 WIB
[7] Abdul Karim.2004. Islam Di Asia Tengah. Yogyakarta: Bagaskara, hlm. 98
[8] Asep Achmad Hidayat.2014. Studi Kawasan Dunia Islam(Minoritas Asia tenggara). Pustaka rahmat. Hal. 7
[9] Asep Achmad Hidayat.2014. Studi Kawasan Dunia Islam(Minoritas Asia tenggara). Pustaka rahmat. Hal. 9
[10]. Arnold, Thomas W. 1999. Sejarah Dakwah Islam. Jakarta: Widjaya Jakarta. Hal. 102
[11] Ibid. Hal.103
[12]Madelung, W. Terjemahan “The Spread of Maturidism and the Turks” dalam.Religion Schools and Sects in Medieval Islam, (London:Variorum,1985)Pustaka Harapan Jakarta .hal.. 119.
[13] Arnold Thomas. Op,.Cit. hal. 104
[14] Ibid. Hal. 106
[15] Arnold Thomas. Op,.Cit. hal. 108
[16] http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html. Tgl. 16 Mei 2016. Jam 16.30
[17] Asep Achmad Hidayat.2014. Studi Kawasan Dunia Islam(Minoritas Asia tenggara). Pustaka rahmat. Hal. 4
[18] http://republik-tawon.blogspot.com/2011/10/perang-sipil-tajikistan-ketika-negeri.html. Tgl. 16 Mei 2016. Jam 16.30
[19] Ibid.
[20] Ibid.
[21] H.A. Mukti Ali. 1994. Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan. Hlm. 316-318
[22] Ahmad Al-‘usairy. 2011. Sejarah Islam. Jakarta: Akbar Media. Hlm.510
[23] Ilaihi Wahyu, Pengantar Sejarah Dakwah, (Jakarta: Kencna Prenada Media Group, 2007), hal. 142-144.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT SUNDA (MAKALAH SASTRA DAN BUDAYA SUNDA)

HISTORIOGRAFI G.W.F. HEGEL: STUDI KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN DAN KARYA NYA MENGENAI GERAK SEJARAH

MUSEUM FATAHILLAH DAN MERIAM SI JAGUR DI KOTA TUA: ANALISIS SEJARAH, ANTROPOLOGI DAN KEUNIKANNYA. (LAPORAN PENELITIAN MATA KULIAH ARKEOLOGI)